Bencana banjir yang melanda 12 kabupaten dan kota di Sulawesi Selatan (Sulsel) telah memicu perdebatan di antara para kepala daerah terkait penyebab utamanya. Beberapa daerah mengklaim bahwa banjir yang mereka alami merupakan hasil dari aliran air kiriman dari wilayah tetangga. Berdasarkan laporan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Sulsel, banjir terjadi akibat cuaca ekstrem yang melanda kawasan ini dalam beberapa hari terakhir.
Dampak Banjir di Sulawesi Selatan
Banjir melanda 12 wilayah, yakni Makassar, Gowa, Maros, Bone, Jeneponto, Parepare, Soppeng, Barru, Pinrang, Sidrap, Wajo, dan Soppeng. Kepala Pelaksana BPBD Sulsel, Amson Padolo, menjelaskan bahwa intensitas hujan yang tinggi menjadi faktor utama penyebab banjir ini. “Curah hujan yang lebat dan berlangsung lama mengakibatkan genangan air di berbagai lokasi,” ungkapnya, Senin (23/12/2024).
BPBD di setiap kabupaten dan kota telah siaga untuk menangani dampak bencana ini. Amson juga mengimbau masyarakat agar tetap waspada dan memahami bahwa penanganan bencana merupakan tanggung jawab bersama.
Klaim Banjir Kiriman di Makassar
Wali Kota Makassar, Moh Ramdhan ‘Danny’ Pomanto, menuturkan bahwa banjir yang terjadi di Makassar selain akibat curah hujan tinggi, juga dipengaruhi oleh aliran air dari Kabupaten Maros, Pangkep, dan Barru. Danny menyebut, banjir kali ini adalah yang kedua di awal musim penghujan. “Sesuai prediksi kami, banjir ini terjadi akibat badai di daerah sekitar seperti Maros dan Barru,” ujarnya saat meninjau lokasi banjir di Kecamatan Manggala.
Danny menegaskan bahwa pemerintah kota telah mempersiapkan langkah penanganan, termasuk penyaluran logistik dan evakuasi warga terdampak. Namun, ia juga mengingatkan masyarakat untuk tetap waspada terhadap risiko banjir susulan yang mungkin terjadi akibat cuaca ekstrem.
Situasi di Pangkep: Banjir dari Barru dan Bone
Bupati Pangkep, Muhammad Yusran Lalogau, menyampaikan bahwa banjir yang melanda wilayahnya sebagian besar disebabkan oleh aliran air dari Kabupaten Barru dan Bone. “Sungai-sungai di Pangkep meluap karena kiriman air dari daerah tetangga,” jelasnya.
Yusran memastikan bahwa pemerintah daerah telah melakukan evakuasi terhadap warga terdampak dan menyediakan lokasi pengungsian serta bantuan logistik. Kepala BPBD Pangkep, Muslimin Yusuf, melaporkan bahwa enam kecamatan di Pangkep terdampak banjir, dengan daerah Tabo-tabo menjadi yang terparah.
Respons Pemprov Sulsel terhadap Bencana
Penjabat Gubernur Sulsel, Zudan Arif Fakrulloh, turut meninjau lokasi banjir di Pangkep dan memastikan bahwa korban terdampak mendapatkan penanganan yang memadai. “Kami memastikan proses evakuasi berjalan lancar dan kebutuhan logistik warga terpenuhi,” katanya.
Zudan juga mengimbau seluruh kepala daerah di Sulsel untuk fokus pada upaya penyelamatan warga. Dia menegaskan pentingnya evakuasi warga yang rumahnya terendam air demi menghindari risiko yang lebih besar.
Faktor Cuaca Ekstrem dan Antisipasi ke Depan
Bupati Maros, Chaidir Syam, menambahkan bahwa meluapnya Sungai Lekopancing di wilayahnya turut berkontribusi pada peningkatan debit air di Sungai Tallo, Makassar. Dia menekankan perlunya koordinasi antarwilayah dalam menangani banjir agar dampaknya bisa diminimalkan. “Kami terus melakukan perbaikan dan pemeliharaan sungai dari hulu ke hilir untuk mengurangi risiko banjir di masa depan,” ujarnya.
Selain itu, pembangunan dapur umum di berbagai lokasi pengungsian juga dilakukan untuk memastikan kebutuhan dasar warga terdampak tetap terpenuhi. BPBD Maros mencatat bahwa sembilan kecamatan di wilayahnya terdampak banjir, dengan Turikale, Mandai, dan Maros Baru sebagai wilayah yang paling parah.
Solusi Jangka Panjang untuk Banjir Sulawesi Selatan
Banjir yang melanda Sulawesi Selatan merupakan tantangan besar yang membutuhkan kerja sama lintas daerah dan pemangku kepentingan. Langkah antisipasi seperti perbaikan infrastruktur, pengelolaan sungai, dan edukasi masyarakat mengenai mitigasi bencana perlu ditingkatkan. Dengan upaya ini, diharapkan dampak bencana hidrometeorologi di masa depan dapat diminimalkan.