Aplikasi TikTok kembali beroperasi di Amerika Serikat setelah sempat mengalami penutupan sementara. Pemulihan layanan ini terjadi berkat intervensi Presiden terpilih AS, Donald Trump, yang memberikan jaminan kepada mitra TikTok. Namun, aplikasi ini masih belum tersedia di toko aplikasi seperti App Store dan Google Play.

TikTok Sempat Ditutup Akibat Kebijakan Keamanan Nasional

Sebelumnya, TikTok sempat tidak dapat diakses oleh pengguna di AS pada 18 Januari 2025 akibat aturan larangan yang diberlakukan terkait masalah keamanan nasional. Pengguna yang mencoba membuka aplikasi mendapatkan pesan “layanan tidak tersedia”. Namun, dalam waktu kurang dari 24 jam, layanan TikTok berangsur pulih dengan pesan “Welcome back!” untuk penggunanya.

Pemerintah AS, melalui Presiden Trump, memberikan perpanjangan waktu bagi TikTok untuk menyelesaikan kesepakatan bisnisnya di AS. Trump menyatakan bahwa langkah ini dilakukan untuk menyelamatkan TikTok yang memiliki lebih dari 170 juta pengguna di AS, serta mendukung lebih dari 7 juta usaha kecil yang memanfaatkan aplikasi tersebut untuk bisnis mereka.

Dukungan Trump untuk Pemulihan TikTok

Donald Trump, yang akan segera dilantik sebagai Presiden AS, menyatakan komitmennya untuk memastikan TikTok tetap beroperasi di AS. Dalam pernyataannya, Trump menegaskan bahwa AS harus memiliki kendali atas sebagian besar bisnis TikTok. Hal ini dilakukan untuk menjaga keamanan nasional sekaligus mempertahankan akses aplikasi tersebut bagi masyarakat Amerika.

“Kami akan menyelamatkan TikTok dan menjaganya tetap berada di tangan yang tepat,” ujar Trump. Ia juga memastikan bahwa perusahaan mitra seperti Oracle dan Akamai tidak akan mendapatkan sanksi atas upaya mereka membantu TikTok tetap beroperasi.

Namun, meskipun layanan aplikasi ini sudah pulih, Apple dan Google belum mengembalikan TikTok ke toko aplikasi mereka. Kedua perusahaan tersebut tampaknya masih mempertimbangkan risiko hukum yang mungkin mereka hadapi.

Tantangan TikTok di Tengah Hubungan AS-China

Keputusan untuk memulihkan TikTok terjadi di tengah hubungan tegang antara AS dan China. TikTok, yang dimiliki oleh perusahaan teknologi asal China, ByteDance, sempat dituduh membahayakan keamanan data warga AS. Pada 2020, Trump bahkan mengancam akan melarang TikTok sepenuhnya di AS, tetapi kini ia mengakui aplikasi tersebut memiliki dampak positif, terutama dalam menarik pemilih muda selama pemilu 2024.

Langkah Trump memulihkan TikTok tidak mendapat dukungan penuh dari Partai Republik. Beberapa senator mengusulkan agar ByteDance sepenuhnya memutuskan hubungan dengan China sebelum TikTok diizinkan kembali secara permanen.

Masa Depan TikTok di Amerika Serikat

Meski layanan TikTok mulai pulih, masa depannya di AS masih penuh ketidakpastian. ByteDance menghadapi tekanan untuk menjual bisnisnya di AS demi memenuhi tuntutan keamanan nasional. Sementara itu, aplikasi lain milik ByteDance, seperti CapCut dan Lemon8, juga terdampak larangan sementara.

CEO TikTok, Shou Zi Chew, dijadwalkan menghadiri pelantikan Trump untuk membahas masa depan aplikasi ini di AS. Beberapa pihak, termasuk pengusaha ternama, telah menunjukkan minat terhadap bisnis TikTok, yang diperkirakan memiliki nilai hingga US$ 50 miliar.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *