Timnas Malaysia menghadapi kesulitan dalam memanfaatkan FIFA Matchday bulan Oktober ini dengan optimal. Harimau Malaya hanya dapat menjalani satu laga persahabatan sepanjang bulan ini, yaitu melawan Selandia Baru pada 14 Oktober 2024, yang akan berlangsung di North Harbour Stadium, Auckland.

Menurut laporan dari media Malaysia, Metro, Federasi Sepak Bola Malaysia (FAM) telah berusaha menghubungi delapan negara dari wilayah Oseania untuk mengatur pertandingan uji coba. Negara-negara tersebut meliputi Kepulauan Solomon, Fiji, Tahiti, Kaledonia Baru, Vanuatu, dan Papua Nugini. Namun, berbagai tim ini tidak dapat menyetujui jadwal uji coba karena mereka tengah berfokus pada Kualifikasi Piala Dunia 2026, yang berlangsung pada 10-12 Oktober 2024.

Wakil Presiden FAM, Datok Mohd Yusoff Mahadi, menjelaskan bahwa pihaknya telah berupaya keras untuk merencanakan dua laga persahabatan di bulan Oktober. Namun, berbagai komitmen yang dipegang oleh tim lawan menjadi tantangan tersendiri. “Kami mencoba menjadwalkan dua pertandingan, tetapi kesulitan muncul karena tim-tim lawan sibuk mempersiapkan diri masing-masing. Mereka tidak menolak undangan kami, namun mereka memiliki agenda yang sudah ditetapkan untuk tim mereka sendiri,” ujar Mahadi kepada Berita Harian.

Meski FAM sempat mempertimbangkan untuk melawan tim-tim yang levelnya di bawah mereka, Mahadi menegaskan bahwa opsi itu juga sulit dijalankan karena tim-tim tersebut memiliki rencana persiapan masing-masing.

Program Naturalisasi Malaysia Temui Jalan Buntu

Selain kesulitan dalam mencari lawan uji coba, program naturalisasi pemain yang dijalankan oleh Timnas Malaysia juga menemui banyak hambatan. Salah satu pemain yang diincar, Mats Deijl, bek asal Belanda yang bermain untuk Go Ahead Eagles, gagal memenuhi syarat FIFA untuk dinaturalisasi dan memperkuat Malaysia.

Meski Deijl memiliki garis keturunan Malaysia dari leluhurnya, menurut laporan Makan Bola pada 1 Oktober 2024, hal tersebut tidak memenuhi kriteria FIFA. FIFA menetapkan bahwa pemain keturunan harus memiliki hubungan darah langsung dengan kakek atau neneknya dari pihak ayah atau ibu. Dalam kasus Deijl, keturunan Malaysia berasal dari ibu sang kakek, yang tidak memenuhi persyaratan FIFA.

Sejak Juni 2024, FAM telah bekerja sama dengan pihak klub, agen, dan pemain untuk memverifikasi status kelayakan Deijl. Namun, keputusan akhir FIFA membuat harapan Malaysia untuk menaturalisasi Deijl pupus.

Kegagalan Naturalisasi Pemain Lainnya

Gagalnya naturalisasi Mats Deijl bukan satu-satunya pukulan bagi Malaysia. Beberapa pemain keturunan lainnya, seperti Ferdi Druijf, Wan Kuzain, dan Ethan Wheatley, juga menolak kesempatan untuk memperkuat Timnas Malaysia. Ferdi Druijf, yang saat ini bermain untuk Rapid Wien, bahkan lebih tertarik untuk memperkuat Timnas Indonesia daripada Malaysia.

Kesuksesan Indonesia dalam menarik pemain-pemain keturunan seperti Mees Hilgers dan Eliano Reijnders melalui program naturalisasi memberikan tekanan lebih pada Malaysia. Kedua pemain ini langsung memberikan dampak signifikan pada performa Timnas Indonesia.

Meskipun Malaysia sempat menduduki peringkat FIFA yang lebih baik dari Indonesia pada bulan September 2024, dengan berada di posisi 131, sementara Indonesia di posisi 132, namun performa luar biasa Indonesia dalam Kualifikasi Piala Dunia 2026 membuat mereka naik ke peringkat 129. Hasil imbang Indonesia melawan dua tim besar Asia, Australia dan Arab Saudi, berperan penting dalam peningkatan peringkat tersebut.

Tantangan Besar Bagi Timnas Malaysia

Baik dari segi agenda uji coba maupun program naturalisasi, Timnas Malaysia tengah menghadapi tantangan besar. Sulitnya mencari lawan uji coba di tengah jadwal padat tim-tim lawan dan kegagalan dalam menaturalisasi pemain keturunan membuat Malaysia harus memikirkan strategi baru untuk memperkuat tim nasional mereka.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *