Banjir akibat luapan air laut atau yang dikenal dengan istilah rob kembali melanda kawasan Jakarta Utara. Setiap tahunnya, fenomena ini selalu menghantui warga, mengganggu aktivitas sehari-hari mereka, dan bahkan menghentikan sumber penghasilan banyak orang. Hingga Sabtu (14/12/2024), banjir rob masih merendam enam RT di wilayah tersebut.
Penyebab Banjir Rob
Banjir rob yang terjadi kali ini disebabkan oleh fenomena pasang maksimum air laut yang bertepatan dengan fase bulan baru. Kombinasi kedua kondisi alam ini mengakibatkan naiknya volume air laut hingga meluap ke daratan.
Keluhan Warga yang Terdampak
Warga yang terdampak banjir rob merasa kesulitan menjalani aktivitas harian mereka. Wartaka (51), seorang warga yang sehari-hari mengelola limbah dan menjual ikan asin, mengungkapkan bahwa banjir rob kali ini telah mengakibatkan ia tidak bisa bekerja.
“Hari ini banjirnya semakin tinggi. Kami bukan hanya tidak bisa bekerja, tetapi juga tidak memiliki pemasukan sama sekali sejak kemarin,” ujar Wartaka. Ia juga menyebutkan bahwa banjir seperti ini sudah menjadi langganan di wilayah tempat tinggalnya.
Menurut Wartaka, fenomena ini telah terjadi tiga kali di tahun ini saja. Ia berharap air segera surut agar warga bisa kembali menjalani kehidupan normal. “Setidaknya, jika situasi seperti ini, kami berharap ada bantuan sembako untuk bertahan,” tambahnya.
Sri (24), seorang penjual kopi di kawasan Jalan Dermaga Ujung, Muara Angke, turut mengeluhkan dampak banjir terhadap usahanya. Ia mengatakan bahwa warung kopinya menjadi sepi pembeli karena lokasi usahanya digenangi air.
“Banjir sempat surut, tapi naik lagi. Dagangan jadi sepi, susah jualan,” kata Sri. Menurutnya, banjir rob ini terjadi karena air laut meluap, sementara tanggul yang ada tidak cukup tinggi untuk menahan air. “Kalau bisa, tanggulnya dibangun lebih tinggi agar banjir tidak lagi terjadi,” harapnya.
Neni (38), pemilik warung makan di daerah yang sama, juga mengalami nasib serupa. Ia terpaksa mengurangi jumlah lauk dan sayur yang dijual karena sepinya pembeli akibat banjir.
“Kondisi ini membuat aktivitas masak menjadi sulit, pembeli pun jauh berkurang. Penjualan menurun drastis,” ungkap Neni. Ia berharap banjir rob segera surut dan pemerintah bisa mengantisipasi kejadian serupa di masa depan. “Banjir seperti ini sering sekali terjadi, kami ingin ada solusi yang nyata,” tambahnya.
Harapan Warga untuk Penanganan Banjir
Sebagian besar warga terdampak menginginkan adanya langkah konkret untuk mengatasi banjir rob yang kerap terjadi. Salah satu solusi yang diusulkan adalah pembangunan tanggul yang lebih tinggi agar luapan air laut tidak lagi masuk ke permukiman. Selain itu, mereka juga berharap ada bantuan dari pemerintah selama mereka kesulitan mencari penghasilan akibat banjir ini.
Banjir rob yang melanda Jakarta Utara menunjukkan perlunya perhatian lebih dari pemerintah dan masyarakat untuk mengatasi permasalahan ini. Dengan langkah pencegahan seperti peningkatan infrastruktur tanggul, diharapkan kejadian serupa tidak lagi mengganggu kehidupan warga. Bantuan berupa sembako atau dukungan finansial juga sangat dibutuhkan oleh warga yang terdampak.