Harga minyak mentah global mencatat kenaikan kecil pada awal pekan ini seiring meningkatnya ketegangan konflik antara Rusia dan Ukraina. Meskipun demikian, pasar masih dibayangi kekhawatiran atas lemahnya permintaan minyak dari Tiongkok, negara konsumen minyak terbesar kedua dunia, serta prediksi surplus pasokan minyak global yang semakin mendesak.

Kenaikan Harga Minyak Mentah

Pada Senin (18/11/2024), harga minyak mentah Brent tercatat naik 0,3% menjadi US$71,24 per barel, sementara minyak West Texas Intermediate (WTI) mencatat kenaikan tipis 0,1% menjadi US$67,11 per barel. Namun, pekan sebelumnya, harga Brent dan WTI telah mengalami penurunan lebih dari 3% akibat data ekonomi yang menunjukkan lemahnya permintaan dari Tiongkok.

Pemrosesan kilang di Tiongkok turun hingga 4,6% pada Oktober dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Sementara itu, data pemerintah juga menunjukkan perlambatan dalam output pabrik, yang turut memperkuat kekhawatiran investor terhadap penurunan permintaan bahan bakar.

Eskalasi Konflik Rusia-Ukraina

Ketegangan geopolitik semakin meningkat setelah Presiden AS Joe Biden memberikan izin kepada Ukraina untuk menggunakan senjata jarak jauh buatan Amerika Serikat dalam serangan terhadap wilayah Rusia. Hal ini dianggap sebagai langkah signifikan dalam kebijakan Washington terkait konflik tersebut.

Menurut Tony Sycamore, analis pasar dari IG Markets, keputusan ini dapat memicu kembali volatilitas harga minyak di pasar global. Apalagi, keterlibatan pasukan Korea Utara yang disebut mendukung Rusia semakin memperburuk situasi.

Di tengah eskalasi ini, Rusia meluncurkan serangan udara terbesar dalam tiga bulan terakhir ke Ukraina, menyebabkan kerusakan signifikan pada infrastruktur listrik negara tersebut. Selain itu, Kremlin telah mengumumkan penghentian pengiriman gas ke Austria melalui Ukraina, yang menunjukkan dampak konflik terhadap sektor energi.

Tekanan Produksi Minyak Rusia

Di dalam negeri, Rusia menghadapi tantangan besar di sektor minyak. Setidaknya tiga kilang minyak di negara tersebut dilaporkan mengurangi produksi atau bahkan menghentikan operasi sepenuhnya. Hal ini disebabkan oleh pembatasan ekspor, lonjakan harga minyak mentah, serta biaya pinjaman yang terus meningkat.

Sementara itu, laporan Badan Energi Internasional (IEA) memperkirakan pasokan minyak global pada 2025 akan melampaui permintaan hingga lebih dari 1 juta barel per hari, meskipun OPEC+ terus melakukan pemotongan produksi.

Ketidakpastian Pasar Global

Selain ketegangan geopolitik, pasar minyak juga tertekan oleh ketidakpastian ekonomi global, termasuk kebijakan suku bunga Federal Reserve AS. Dalam laporan Baker Hughes, jumlah rig minyak aktif di Amerika Serikat turun menjadi 478 pekan lalu, yang merupakan level terendah sejak Juli 2023.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *