Seorang pengemudi ojek online (ojol) bernama Fery mengalami kerugian sebesar Rp 840.000 akibat menjadi korban orderan fiktif. Kejadian ini bermula saat Fery menerima pesanan makanan melalui aplikasi. Seperti biasa, ia selalu memastikan untuk mengonfirmasi pesanan kepada pelanggan sebelum melanjutkan ke tahap berikutnya.
Awalnya, pelanggan yang mengatasnamakan Nia Rahma merespons pesan Fery. Namun, setelah beberapa saat, komunikasi terputus tanpa balasan lebih lanjut. Fery kemudian memeriksa rincian pesanan yang ternyata cukup banyak dan bernilai tinggi.
Rincian Pesanan yang Mencurigakan
Pesanan tersebut terdiri dari Salad Buah dengan empat topping seharga Rp 100.000, delapan porsi Nasi Gila Ekstra senilai Rp 416.000, dan lima porsi Mie Tek Tek yang totalnya Rp 280.000. Jika ditambah ongkos kirim, total biaya yang harus dibayarkan mencapai Rp 840.000.
Harga yang tidak wajar untuk porsi tersebut membuat Fery semakin curiga. Namun, ia tetap melanjutkan pengantaran ke alamat yang tertera, yaitu sebuah hotel di kawasan Jakarta Pusat.
Pelanggan Tidak Ditemukan di Lokasi
Setibanya di hotel, Fery mencoba menghubungi pelanggan, namun tidak mendapatkan respons. Ia memutuskan untuk bertanya kepada resepsionis hotel. Pihak hotel memastikan bahwa tidak ada tamu maupun karyawan bernama Nia Rahma.
Lebih mengejutkan, resepsionis mengungkapkan bahwa kejadian serupa telah terjadi tiga kali di hotel tersebut. Bahkan, kemasan makanan yang diantar Fery mirip dengan kasus-kasus sebelumnya.
Dugaan Permainan Kotor dari Pihak Restoran
Menyelidiki lebih dalam, Fery menemukan fakta mencurigakan. Restoran tempat ia mengambil pesanan memiliki sembilan akun berbeda di aplikasi ojek online. Meski menawarkan menu yang sama, harga yang tercantum di aplikasi terlihat wajar sekitar Rp 20.000 per porsi. Namun, pada struk pesanan fiktif, harga melonjak hingga Rp 50.000 per porsi.
Berdasarkan pengalaman ini, Fery menduga bahwa orderan fiktif tersebut merupakan bagian dari modus curang yang dilakukan oleh pihak restoran untuk mendapatkan keuntungan tidak sah.
Dampak Finansial dan Waktu yang Terbuang
Setelah melaporkan kasus ini ke kantor Gojek terdekat, Fery akhirnya mendapatkan penggantian dana. Meski begitu, ia merasa dirugikan karena waktu dan tenaganya terbuang sia-sia, bahkan mencapai dua setengah jam.
Kasus ini menjadi pelajaran berharga bagi para pengemudi ojol untuk lebih waspada terhadap pesanan yang mencurigakan. Selain itu, perusahaan ojek online diharapkan meningkatkan sistem keamanan guna mencegah terulangnya kejadian serupa.