Pada Senin (20/10), Korea Selatan memanggil Duta Besar Rusia di Seoul, Georgiy Zinoviev, guna melayangkan protes keras terkait pengerahan ribuan pasukan Korea Utara ke Rusia. Protes ini muncul setelah Wakil Menteri Luar Negeri Korsel, Kim Hong Kyun, menyampaikan kekhawatiran serius atas kehadiran tentara Korea Utara yang diduga akan digunakan dalam perang Rusia-Ukraina. Dalam pertemuan tersebut, Kim meminta Rusia segera menarik kembali pasukan Korea Utara dari wilayah Kremlin.
Kim Hong Kyun menyatakan, “[Seoul mengungkapkan] kekhawatiran serius terkait pengiriman pasukan Korea Utara baru-baru ini ke Rusia dan sangat mendesak penarikan segera pasukan tersebut.” Menurutnya, hal ini menimbulkan ancaman serius bagi keamanan kawasan.
Kehadiran Pasukan Khusus Korea Utara di Rusia
Berdasarkan informasi dari badan intelijen Korea Selatan, sekitar 1.500 tentara pasukan khusus Korea Utara telah tiba di Rusia pada Jumat (18/10). Para prajurit tersebut diduga dikirim untuk membantu Rusia dalam konflik yang sedang berlangsung dengan Ukraina. Menurut laporan intelijen, gelombang pertama tentara telah tiba di Vladivostok menggunakan kapal militer Rusia, dan diperkirakan akan ada lebih banyak tentara yang akan menyusul.
Walaupun begitu, Duta Besar Rusia Georgiy Zinoviev menjelaskan bahwa kerjasama militer antara Rusia dan Korea Utara tidak ditujukan untuk mengancam keamanan Korea Selatan. Pernyataan ini merujuk pada kesepakatan militer yang ditandatangani oleh Presiden Rusia Vladimir Putin dan pemimpin tertinggi Korea Utara Kim Jong Un pada Juni 2024. Namun, ia tidak secara langsung mengonfirmasi bahwa pasukan Korea Utara terlibat dalam perang di Ukraina.
Korea Selatan Mendesak NATO untuk Bertindak
Presiden Korea Selatan, Yoon Suk Yeol, juga turut menyuarakan kekhawatirannya melalui percakapan telepon dengan Sekretaris Jenderal NATO, Mark Rutte. Yoon mendesak NATO untuk mengambil tindakan konkret dalam menanggapi kerjasama militer antara Rusia dan Korea Utara, yang dianggap berpotensi memperburuk ketegangan regional dan global.
Rutte sendiri menegaskan bahwa NATO siap bekerja sama dengan Korea Selatan untuk menghadapi tantangan ini. Ia juga menyarankan agar Seoul mengirim delegasi ke NATO guna berbagi informasi lebih lanjut terkait situasi tersebut.
Tanggapan dari Amerika Serikat dan Jepang
Bukan hanya Korea Selatan yang menanggapi dengan serius situasi ini. Amerika Serikat dan Jepang juga mengecam keras hubungan militer yang semakin erat antara Rusia dan Korea Utara. Kedua negara menilai kerjasama ini dapat mengancam stabilitas internasional, terutama dalam konteks konflik Rusia-Ukraina.
Sementara itu, Menteri Luar Negeri Inggris, David Lammy, yang sedang berkunjung ke Seoul, menyebut tindakan Rusia sebagai langkah “ceroboh dan ilegal”. Lammy menyatakan komitmen Inggris untuk bekerjasama dengan Korea Selatan dalam menghadapi situasi yang semakin kompleks ini.
Analisis Pengamat Pertahanan: Dampak Global dari Keterlibatan Korea Utara
Sejumlah pengamat pertahanan menyatakan bahwa keterlibatan Korea Utara dalam konflik Rusia-Ukraina berpotensi membuka pintu bagi eskalasi internasional yang lebih luas. Moon Seong-mok, seorang pakar dari Institut Strategi Nasional Korea, menilai bahwa partisipasi Korea Utara dapat meningkatkan tekanan internasional terhadap Rusia, terutama melalui sanksi tambahan. Namun, ia juga menyebut masih perlu dilihat apakah keterlibatan Korea Utara benar-benar akan memberikan keuntungan strategis bagi Rusia.
Di sisi lain, beberapa analis, termasuk Valeriy Ryabykh dari Defence Express Ukraina, memprediksi bahwa pasukan Korea Utara mungkin hanya akan digunakan untuk menjaga bagian perbatasan Rusia-Ukraina, sementara unit militer Rusia dapat difokuskan untuk berperang di lokasi lain. Ia menambahkan bahwa belum tentu tentara Korea Utara akan segera terlibat langsung di garis depan, mengingat keterbatasan mereka dalam pengalaman tempur modern.
Ancaman bagi Stabilitas Regional
Kerjasama militer antara Rusia dan Korea Utara saat ini jelas menimbulkan kekhawatiran besar, tidak hanya bagi Korea Selatan, tetapi juga bagi komunitas internasional. Situasi ini memperburuk ketegangan yang sudah ada di wilayah tersebut, terutama dalam konteks perang Rusia-Ukraina. Seoul bersama NATO dan sekutu internasionalnya terus mencari solusi dan mengambil langkah-langkah diplomatis untuk meredakan situasi ini.