Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky telah meminta Amerika Serikat untuk memasok rudal jelajah Tomahawk, di tengah ketegangan yang meningkat dalam konflik dengan Rusia. Menurut juru bicara Kremlin, Dmitry Peskov, langkah ini mencerminkan kecemasan Kyiv atas kemajuan yang dicapai oleh pasukan Rusia di garis depan. Peskov menekankan bahwa tren di medan pertempuran telah sangat jelas, di mana Rusia mengalami perkembangan signifikan dalam beberapa bulan terakhir.

Peskov juga mengungkapkan bahwa permintaan rudal tersebut adalah upaya untuk menarik negara-negara Barat lebih dalam ke dalam konflik, dengan tujuan melegitimasi keterlibatan mereka. Kremlin melihat ini sebagai langkah Ukraina yang sengaja mengesampingkan perdamaian dan malah ingin mengeskalasi dukungan militer Barat untuk mencapai kemenangan.

Kontroversi Permintaan Rudal Tomahawk Ukraina

Permintaan rudal Tomahawk ini pertama kali diungkap oleh The New York Times, yang melaporkan bahwa Ukraina telah meminta persenjataan jarak jauh sebagai bagian dari strategi militernya. Rudal Tomahawk sendiri memiliki jangkauan sekitar 2.500 km, jauh lebih besar dari persenjataan yang saat ini dimiliki Ukraina. Pemberitaan ini diduga membuat frustrasi Zelensky, yang awalnya merencanakan permintaan ini tetap bersifat rahasia.

Menurut beberapa laporan, permintaan ini belum mendapat persetujuan dari pemerintah AS, dan kemungkinan besar akan ditolak mengingat risiko yang terlibat. Beberapa pejabat AS mengatakan bahwa memberikan izin untuk penggunaan rudal jarak jauh di dalam wilayah Rusia adalah hal yang tidak mungkin.

Peran Barat dalam Dukungan Militer untuk Ukraina

Sejak konflik dimulai pada Februari 2022, negara-negara Barat, termasuk AS, Eropa, dan NATO, telah memberikan bantuan militer yang signifikan kepada Ukraina. Institut Kiel di Jerman mencatat bahwa bantuan untuk Ukraina dari berbagai negara hingga Agustus 2024 mencapai USD123,5 miliar. Uni Eropa bahkan mengalokasikan dana tambahan untuk memfasilitasi pengiriman senjata dari negara-negara anggotanya ke Ukraina, termasuk melalui program European Peace Facility dan Dana Bantuan Ukraina.

AS tetap menjadi penyumbang terbesar dengan bantuan militer mencapai USD64,1 miliar, meliputi persenjataan canggih seperti HIMARS, Patriot, dan tank Abrams. Selain AS, Jerman, Inggris, Denmark, dan negara-negara Eropa lainnya telah memberikan kontribusi besar dengan mengirimkan tank, sistem pertahanan udara, dan pelatihan militer untuk tentara Ukraina.

Peningkatan Koordinasi Bantuan Militer oleh NATO dan Uni Eropa

NATO dan Uni Eropa memainkan peran kunci dalam koordinasi dan pengiriman bantuan militer. NATO mengoordinasikan pengiriman senjata dari negara-negara anggota dan mitranya untuk memperkuat pertahanan Ukraina. Sementara itu, Uni Eropa melalui European Peace Facility telah menyediakan miliaran euro dalam bentuk bantuan untuk Ukraina, dan mendirikan Misi Bantuan Militer Uni Eropa (EUMAM Ukraine) yang telah melatih puluhan ribu tentara Ukraina. Dukungan NATO dan Uni Eropa juga terlihat dalam pembentukan Misi Bantuan Keamanan dan Pelatihan NATO untuk Ukraina, yang fokus pada penguatan standar militer Ukraina sesuai dengan NATO.

Pertemuan rutin di Pangkalan Udara Ramstein di Jerman, yang melibatkan lebih dari 50 negara, juga terus berupaya meningkatkan logistik, pengadaan senjata, dan koordinasi dukungan militer bagi Ukraina.

Rencana Sidang Dewan Keamanan PBB tentang Bantuan Militer untuk Ukraina

Pada akhir Oktober 2024, Dewan Keamanan PBB dijadwalkan mengadakan sidang untuk membahas dampak dari bantuan militer yang diberikan Barat kepada Ukraina. Sidang ini diusulkan oleh Rusia, yang ingin mengangkat isu terkait efek dukungan militer Barat terhadap eskalasi konflik. Isu ini berpotensi menjadi perdebatan mengenai kebijakan Barat dalam konflik yang berkepanjangan dan bagaimana dampaknya bagi keamanan global.

Kata Kunci:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *