Lim Oon Kuin, mantan taipan minyak asal Singapura yang lebih dikenal dengan nama O.K. Lim, resmi dinyatakan bangkrut bersama kedua anaknya, Lim Huey Ching dan Lim Chee Meng. Keluarga Lim menghadapi kehancuran finansial setelah gagal membayar utang yang mencapai miliaran dolar. Di sisi lain, Lim juga terjerat dalam salah satu kasus penipuan terbesar dalam sejarah Singapura.
Kebangkrutan Keluarga Lim
Pada Jumat, 27 Desember 2024, Lim Oon Kuin dan kedua anaknya dinyatakan bangkrut oleh pengadilan. Hal ini merupakan dampak dari persetujuan mereka untuk membayar utang sebesar 3,5 miliar dolar AS atau setara dengan 56,35 triliun rupiah kepada kreditur utama, termasuk HSBC. Persetujuan tersebut dibuat pada September lalu, dengan tambahan bunga yang dihitung sejak April 2020.
Sayangnya, keluarga Lim tidak memiliki aset yang cukup untuk memenuhi kewajiban mereka. Mereka pun mengajukan permohonan pailit setelah sebelumnya menghadapi gugatan pada Agustus 2020. Selain utang pokok, keluarga ini juga diminta mengembalikan dividen sebesar 90 juta dolar AS yang sebelumnya dibagikan secara tidak sah saat perusahaan mereka sudah dalam kondisi bangkrut.
Perintah kebangkrutan mulai berlaku efektif pada 19 Desember 2024 dan diumumkan resmi pada Jumat, 27 Desember. Aset keluarga Lim akan dikelola oleh wali yang ditunjuk, yakni Leow Quek Shiong dan Seah Roh Lin dari BDO Advisory.
Skandal Penipuan yang Menggemparkan Singapura
Selain menghadapi kebangkrutan, Lim Oon Kuin juga dihukum dalam kasus penipuan besar yang mencoreng reputasi Singapura sebagai pusat perdagangan minyak terkemuka di Asia. Pada 18 November 2024, Lim dijatuhi hukuman atas keterlibatannya dalam skandal yang merugikan banyak pihak, termasuk HSBC.
Lim terbukti bersalah dalam tiga dakwaan utama. Dua di antaranya terkait penipuan terhadap HSBC, sementara satu lagi karena memerintahkan pemalsuan dokumen oleh eksekutif Hin Leong Trading, perusahaan miliknya. Salah satu aksi penipuannya melibatkan pencairan dana sebesar 112 juta dolar AS dengan memberikan informasi palsu terkait kontrak penjualan minyak.
Jaksa penuntut umum menyebut bahwa tindakan Lim tidak hanya merugikan finansial tetapi juga merusak reputasi Singapura di mata dunia. Hin Leong Trading, yang sebelumnya menjadi salah satu pemain besar dalam perdagangan minyak di Asia, akhirnya runtuh pada tahun 2020.
Kebangkrutan Hin Leong Trading: Akumulasi Masalah
Hin Leong Trading, yang didirikan oleh Lim pada tahun 1963, sempat menjadi pemain utama dalam perdagangan bahan bakar di Asia. Perusahaan ini memiliki peran besar dalam membantu Singapura menjadi pusat pelabuhan pengisian bahan bakar kapal terkemuka. Namun, pandemi Covid-19 menjadi titik balik yang mengungkap masalah keuangan perusahaan ini.
Pada 2020, Lim mengakui bahwa Hin Leong telah menyembunyikan kerugian sebesar 800 juta dolar AS selama bertahun-tahun. Perusahaan ini juga memiliki utang hampir 4 miliar dolar AS kepada berbagai bank. Upaya Lim untuk menyembunyikan kerugian dengan memanipulasi laporan keuangan akhirnya terungkap, menyebabkan kehancuran total bisnisnya.
Kehancuran Bisnis dan Dampak Luas
Kejatuhan Hin Leong Trading juga berdampak pada anak perusahaannya, seperti Ocean Tankers yang memiliki lebih dari 130 kapal tanker. Selain itu, Lim juga kehilangan kendali atas Universal Terminal, unit penyimpanan minyak miliknya yang sebelumnya menjadi salah satu aset terbesar perusahaan.
Kini, Lim menghadapi hukuman penjara 17,5 tahun atas keterlibatannya dalam kasus ini. Kasus ini tidak hanya menjadi pelajaran besar bagi dunia bisnis Singapura tetapi juga mengingatkan pentingnya integritas dalam manajemen keuangan.