China dikenal dengan fenomena rumah paku, istilah untuk rumah-rumah yang tetap berdiri meski berada di tengah proyek pembangunan infrastruktur. Salah satu contohnya adalah rumah milik Huang Ping di Jinxi, yang kini berada tepat di tengah jalan tol yang sedang dibangun. Uniknya, jalan tol tersebut tidak sejajar dengan halaman rumahnya, melainkan dengan atap rumahnya, sehingga rumah ini tampak seperti tertanam di dalam lubang jalan tol jika dilihat dari atas.
Jalan Tol Dibangun dengan Desain Khusus
Dilansir dari Daily Mail, pembangunan jalan tol di sekitar rumah Huang dilakukan dengan desain khusus. Untuk menjaga keamanan, kontraktor membuat pagar pembatas di sekeliling rumah, lengkap dengan dinding penahan berundak seperti tangga di pinggir lubang. Jalan tol pun bercabang di sekitar rumah, sehingga kendaraan dapat melintas tanpa mengganggu bangunan tersebut.
Fenomena seperti ini sudah menjadi hal yang lumrah di China. Rumah paku sering dianggap sebagai simbol perjuangan individu melawan kebijakan pemerintah atau sebagai cerminan konflik antara tradisi dan modernisasi.
Penyesalan atas Tawaran Relokasi
Huang Ping mengaku menyesal karena menolak tawaran uang ganti rugi dari pemerintah sebesar £180.000 atau sekitar Rp3,6 miliar. Menurutnya, jika ia dapat kembali ke masa lalu, ia akan menerima persyaratan relokasi tersebut. “Sekarang rasanya seperti saya kalah dalam taruhan besar,” ungkap Huang dalam wawancara.
Pada awalnya, Huang menolak pindah karena merasa tawaran tersebut tidak cukup memadai. Setelah melalui negosiasi panjang tanpa mencapai kesepakatan, pihak berwenang memutuskan untuk tetap melanjutkan pembangunan jalan tol dengan desain yang mengakomodasi keberadaan rumahnya.
Kehidupan di Rumah yang Tidak Lagi Nyaman
Hidup di rumah yang berada di tengah jalan tol bukanlah hal yang mudah bagi Huang. Ia tidak dapat membuka pintu dan jendela terlalu lama karena debu dari jalan tol terus beterbangan. Selain itu, jika jalan tol mulai beroperasi, ia harus terbiasa dengan getaran dari kendaraan yang melintas.
Selama proses pembangunan jalan tol, Huang memilih tinggal bersama anaknya di kota lain. Namun, ia kembali ke rumah setiap hari setelah pekerjaan konstruksi selesai. Untuk akses ke rumahnya, pihak kontraktor menyediakan terowongan kecil di bawah jalan tol yang hanya bisa dilewati oleh pejalan kaki.
Simbol Perjuangan Tradisi dan Kemajuan
Kasus rumah Huang ini menarik perhatian banyak pihak, termasuk media internasional. Rumah paku seperti ini dianggap sebagai simbol perjuangan antara individu dan otoritas, serta gambaran konflik antara nilai-nilai tradisional dan tuntutan modernisasi di China.