Anggur Shine Muscat baru-baru ini menjadi sorotan di Indonesia setelah temuan residu zat kimia berbahaya pada buah impor tersebut. Anggota Komisi IX DPR RI, Irma Chaniago, mengkritik respons lambat dari Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) RI terkait masalah ini. Irma mempertanyakan tindakan cepat yang seharusnya dilakukan BPOM dalam mengatasi temuan residu berbahaya pada anggur Shine Muscat yang beredar di pasar Indonesia.

Kritik DPR RI terhadap BPOM

Dalam rapat kerja Komisi IX DPR RI bersama BPOM, Irma menyatakan kekecewaannya atas sikap BPOM yang belum mengambil langkah konkret untuk mengecek kandungan kimia pada anggur tersebut. Menurut Irma, BPOM semestinya bisa segera berkoordinasi dengan Badan Karantina Indonesia untuk memastikan keamanan produk impor ini. Dia pun mempertanyakan kepastian koordinasi BPOM dengan lembaga terkait demi menjaga standar keamanan pangan di Indonesia.

Irma menegaskan bahwa BPOM tidak cukup hanya mengandalkan informasi dari negara lain seperti Thailand dan Malaysia. Sebaliknya, BPOM diharapkan dapat aktif memantau produk yang dianggap berpotensi membahayakan masyarakat. Kritik ini mengarah pada kepemimpinan BPOM, yang menurut Irma perlu lebih tanggap dalam menjaga keamanan pangan yang beredar di Indonesia.

Temuan Thailand dan Malaysia terhadap Anggur Shine Muscat

Di Thailand, Jaringan Peringatan Pestisida Thailand (Thai-PAN) melakukan penyelidikan independen terhadap anggur Shine Muscat impor. Berdasarkan tes yang dilakukan bersama organisasi konsumen seperti Majalah Chalard Sue dan Yayasan untuk Konsumen, ditemukan bahwa hampir semua sampel anggur Shine Muscat mengandung residu pestisida dalam kadar yang berbahaya. Dari 24 sampel yang diuji, 23 di antaranya mengandung pestisida di atas batas aman.

Beberapa sampel bahkan mengandung Chlorpyrifos, zat berbahaya yang telah dilarang di Thailand. Selain itu, terdapat 14 jenis residu kimia lainnya, dengan 37 dari 50 jenis pestisida yang ditemukan bersifat sistemik sehingga sulit dihilangkan bahkan dengan pencucian menyeluruh. Thai-PAN juga menyarankan agar distributor di Thailand lebih berhati-hati dalam memilih negara asal produk tersebut.

Respons Malaysia terhadap Masalah Ini

Menanggapi laporan dari Thailand, Kementerian Pertanian dan Ketahanan Pangan Malaysia (KPKM) turut mengumumkan akan melakukan pemeriksaan terhadap anggur Shine Muscat yang beredar di pasar Malaysia. Menteri Pertanian, Mohammad Sabu, mengungkapkan bahwa pihaknya akan bekerja sama dengan instansi terkait untuk memastikan keamanan anggur tersebut sebelum didistribusikan lebih lanjut. Meskipun hingga saat ini KPKM belum menerima keluhan terkait residu kimia berbahaya dalam anggur ini, langkah pengawasan dan penelitian tetap akan dilakukan untuk memastikan keamanan pangan masyarakat.

Pentingnya Tindakan Kolaboratif dalam Pengawasan Pangan

Kasus ini menyoroti perlunya tindakan kolaboratif antar lembaga untuk memastikan keamanan produk impor yang berpotensi mengandung zat kimia berbahaya. Selain itu, BPOM bersama dengan Badan Karantina Indonesia diharapkan dapat memperketat pengawasan atas produk yang berisiko tinggi demi menjaga kesehatan masyarakat Indonesia.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *