Peristiwa tragis terjadi di pasar Natal di Magdeburg, Jerman, ketika sebuah mobil melaju dan menabrak kerumunan, menewaskan lima orang dan melukai 205 lainnya pada Jumat (20/12/2024). Insiden ini memunculkan duka mendalam sekaligus pertanyaan besar tentang latar belakang pelaku, Taleb Al Abdulmohsen. Pelaku, yang diketahui berusia 50 tahun, adalah seorang dokter asal Arab Saudi dengan riwayat panjang pernyataan anti-Islam.
Profil Pelaku dan Latar Belakangnya
Taleb Al Abdulmohsen telah tinggal di Jerman selama lebih dari satu dekade. Sebagai seorang aktivis, ia dikenal membantu perempuan melarikan diri dari negara-negara Teluk, terutama Arab Saudi. Namun, di sisi lain, Abdulmohsen juga vokal mengkritik kebijakan Jerman yang menerima pengungsi Muslim. Pernyataannya di platform media sosial X bahkan mencerminkan pandangan ekstrem, termasuk dukungannya terhadap teori konspirasi tentang “Islamisasi” Eropa.
Pada Oktober 2024, Abdulmohsen mengambil cuti dari pekerjaannya di sebuah klinik yang merawat pasien kecanduan zat di dekat Magdeburg. Selama bertahun-tahun, ia dilaporkan melakukan tindakan intimidasi terhadap kelompok mantan Muslim, seperti yang diungkapkan oleh Mina Ahadi, ketua Dewan Pusat Mantan Muslim. Ahadi menggambarkan Abdulmohsen sebagai individu dengan perilaku psikopat dan kecenderungan ideologi ultra-kanan.
Kronologi Insiden Pasar Natal
Pada hari kejadian, Abdulmohsen ditangkap di lokasi setelah mobilnya yang rusak parah ditemukan di dekat kerumunan. Sebelumnya, ia telah meninggalkan jejak tindakan kontroversial, termasuk ancaman kejahatan di Rostock pada 2013 dan penyalahgunaan panggilan darurat di Berlin tahun ini. Kepala Kejaksaan Umum Magdeburg, Horst Walter Nopens, menyebut Abdulmohsen dapat menghadapi lima tuduhan pembunuhan dan 205 tuduhan percobaan pembunuhan.
Polisi Jerman memastikan bahwa Abdulmohsen bertindak seorang diri. Dalam unggahan di media sosial yang kini telah dihapus, ia mengungkapkan simpati terhadap partai sayap kanan Alternatif untuk Jerman (AfD) dan menuduh Jerman mendorong kebijakan pro-Islam. Pemerintah Arab Saudi bahkan telah beberapa kali memperingatkan otoritas Jerman tentang Abdulmohsen sejak 2007, namun peringatan tersebut diabaikan.
Reaksi dan Tanggapan Internasional
Menteri Dalam Negeri Jerman, Nancy Faeser, menyebut Abdulmohsen sebagai “Islamofobia” dan menekankan bahwa penyelidikan masih berlangsung. Kementerian Luar Negeri Arab Saudi juga mengutuk keras serangan ini, sementara laporan menunjukkan bahwa Abdulmohsen telah menjadi buronan Saudi selama bertahun-tahun. Permintaan ekstradisi dari Arab Saudi pada 2007 dan 2008 sempat ditolak Jerman karena kekhawatiran akan keselamatannya jika dipulangkan.
Mengungkap Motif Pelaku
Hingga kini, motif Abdulmohsen masih menjadi fokus penyelidikan. Beberapa sumber menyebutkan bahwa ia merasa tidak puas dengan perlakuan Jerman terhadap pengungsi Saudi, meskipun ia sendiri kritis terhadap migran Muslim. Dalam wawancara dengan RAIR Foundation USA sebelum insiden, ia mengklaim telah membantu perempuan Saudi melarikan diri dari penganiayaan. Namun, pandangannya yang penuh kebencian terhadap Islam dan pengungsi Muslim menimbulkan kontradiksi besar dalam kepribadiannya.