Suchir Balaji, seorang mantan peneliti OpenAI berdarah India-Amerika, ditemukan meninggal dunia di apartemennya di San Francisco pada akhir November 2024. Kepolisian San Francisco menyatakan bahwa kematian pria berusia 26 tahun ini adalah kasus bunuh diri. Namun, berbagai teori konspirasi merebak di media sosial, mengaitkan kepergiannya dengan kritik tajamnya terhadap OpenAI, khususnya seputar isu etika penggunaan data berhak cipta dalam pengembangan AI.

Suchir Balaji adalah lulusan ilmu komputer dari University of California, Berkeley, dan besar di Cupertino, California. Ia bergabung dengan OpenAI pada tahun 2019 dan terlibat dalam pengembangan model GPT-4, teknologi dasar di balik ChatGPT. Setelah empat tahun berkarya, ia meninggalkan perusahaan tersebut pada Agustus 2024, mengungkapkan kekhawatirannya atas dampak etis dan hukum dari teknologi AI generatif.

Tuduhan Pelanggaran Hak Cipta oleh OpenAI

Dalam wawancara dengan New York Times pada Oktober 2024, beberapa minggu sebelum kematiannya, Balaji menuding OpenAI menggunakan data berhak cipta tanpa izin untuk melatih model AI mereka. Ia menyoroti bahwa data yang dikumpulkan, termasuk buku, situs web, dan materi digital lainnya, digunakan tanpa mempertimbangkan ketentuan hukum “fair use”. Ia menyebut bahwa praktik ini tidak hanya melanggar hak cipta, tetapi juga merusak ekosistem internet dan menimbulkan dampak negatif bagi pembuat konten asli.

Menurutnya, keluaran yang dihasilkan ChatGPT sering kali bersaing langsung dengan sumber asli, menciptakan ancaman bagi bisnis, individu, dan organisasi media yang menjadi pencipta data. Balaji juga menyatakan bahwa teknologi AI ini kerap menghasilkan informasi palsu, fenomena yang disebut “halusinasi AI”.

“Model ini bukan solusi yang mendukung keberlanjutan ekosistem internet,” kata Balaji dalam wawancaranya. Ia mendesak pengembang teknologi AI untuk lebih bertanggung jawab dan mematuhi standar hukum yang ada.

Kepergian Tragis dan Dampaknya

Suchir Balaji ditemukan meninggal di apartemennya di Jalan Buchanan setelah teman-temannya melaporkan kekhawatiran atas kondisi dirinya. Departemen Kepolisian San Francisco tidak menemukan tanda-tanda kecurangan dalam kasus ini, dan kematian tersebut diklasifikasikan sebagai bunuh diri. OpenAI menyampaikan belasungkawa atas kepergian Balaji, menyebutnya sebagai kehilangan besar bagi komunitas teknologi.

Setelah meninggalkan OpenAI, Balaji fokus pada proyek pribadinya dan terus vokal dalam mendorong akuntabilitas yang lebih besar dalam pengembangan AI. Kritiknya muncul di tengah tuntutan hukum yang diajukan oleh penulis dan organisasi media terhadap OpenAI dan mitranya, Microsoft, terkait dugaan pelanggaran hak cipta.

Tantangan Etika dalam Pengembangan AI

Kepergian Balaji menggarisbawahi tekanan besar yang dihadapi oleh para pelapor pelanggaran, terutama di industri teknologi yang berkembang cepat. Sebagai salah satu tokoh penting dalam pengembangan teknologi AI, Balaji berhasil mengungkap sisi gelap dari perkembangan ini, termasuk tantangan etika dan hukum yang belum terselesaikan.

Tragedi ini mengingatkan kita bahwa kemajuan teknologi harus selalu diimbangi dengan tanggung jawab etika. Industri teknologi diharapkan mampu menciptakan sistem yang tidak hanya inovatif, tetapi juga adil dan transparan, demi melindungi hak-hak para kreator konten digital.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *